Utara band pilih indie untuk eksistensi diri

Solo (Solopos.com)--Setelah vakum hampir empat tahun, band lokal Solo, Utara, kembali eksis dengan meluncurkan album ke limanya yang bertajuk Sound of Love (Solo), Selasa (5/4/2011).

Bertempat di Kafe Atria, Solo, band yang memulai debut album pertama di tahun 2002 itu mengenalkan lagu-lagu dalam album baru mereka, yang didominasi tema cinta, sesuai judul albumnya. Di album ke lima ini, ada beberapa hal yang berbeda dari empat album Utara sebelumnya.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Misalnya, mereka kini memroduksi album dengan semi indie. Proses produksi materi album dilakukan Utara sendiri, sedangkan  duplicating dan packaging melibatkan sponsorship, yakni XL area Solo dan Jogja, serta distribusi bekerja sama dengan Musikita dari Solo.

“Kami pernah rekaman dengan tiga label besar berskala nasional. Kami pikir dari situ sudah banyak pengalaman yang bisa diambil. Kadang promosi tidak diurus, semua harus diatur, mulai dari lirik, nama band, aransemen hingga penampilan. Jadi sekarang memutuskan untuk semi indie, lebih bebas berekspresi,” ungkap Project Officer album Solo Utara, Roy Sanjaya, saat ditemui di tempat acara.

Langkah yang ditempuh Utara tersebut didukung pengamat musik nasional, Bens Leo, yang hadir dalam launching itu. Saat memaparkan hasil pengamatannya terhadap Utara, dari album pertama hingga ke lima, ada beberapa catatan yang dikemukakan Bens.

Menurutnya, di album pertama, Utara tak berhati-hati dalam melakukan kontrak, karena dulu kontrak tak ada logo label pengontrak dan hanya secara personal, sehingga tak ada promo dan tak terekspose media. Selain itu, logo dan nama band yang pernah berganti-ganti juga menjadi sorotan tajam Bens.

“Saya lihat Utara sudah berganti logo tiga kali. Nama band juga pernah diganti menjadi North. Seharusnya meski yang memerintah adalah label, Utara harus tetap bisa memertahankan karena itu merupakan imej grup,” kata Bens.

m97