SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Valentine’s Day yang disebut-sebut sebagai Hari Kasih Sayang menyimpan kisah tragis.

Solopos.com, SOLO – Hari Valentine atau Valentine’s Day yang biasa dirayakan setiap 14 Februari, menyimpan sejarah dengan banyak versi. Hampir semua versi sejarah berisi kisah sedih.

Promosi Mimpi Prestasi Piala Asia, Lebih dari Gol Salto Widodo C Putra

Sebagaimana dikutip dari History, Sabtu (14/2/2015), Valentine adalah nama seorang pendeta Roma di abad ketiga, yang hidup pada masa kekaisaran Claudius II. Pada saat kepemimpinan Claudius II, ia melarang pernikahan. Claudius II beranggapan, lelaki yang menikah tidak akan mampu menjadi prajurit yang tangguuh, karena ia akan dibebani tanggung jawab keluarga.

Namun, Pendeta Valentine melanggar  peraturan Claudius tersebut. Secara diam-diam, Valentine menikahkah beberapa pasanagan kekasih. Saat aksinya diketahui Caudius II, Valentine dijatuhi hukum mati. Beberapa kalangan percaya, 14 Februari adalah hari ketika Valentine dihukum mati, sehingga merayakannya sebagai Valentine’s Day.

Sementara itu, ada versi yang menyebutkan, Pendeta Valentine menyelamatkan umat kristiani yang dipenjara oleh kekaisaran Roma di abad ketiga tersebut. Aksi penyelamatan yang dilakukan Valentine, membuat ia diseret ke penjara.

Selama dipenjara, ia selalu dijenguk oleh seorang wanita, yang tidak disebutkan namanya. Menurut beberapa versi sejarah, Valentine jatuh cinta dengan wanita tersebut dan sebelum eksekusi matinya, ia menulis surat dengan keterangan “From Your Valentine” [dari Valentinemu] untuk wanita tersebut.

Lalu, ada sebuah versi yang menceritakan Hari Valentine sebenarnya dirayakan untuk rangkaian ritual Lupercalia yang dilakukan tiap 15 Februaripada tahun 270-an. Lupercalia adalah ritual untuk pemujaan Faunus, Dewa Pertanian Romawi, sekaligus untuk menghormati pendiri Roma, Romulus dan Remus.

Dalam ritual Lupercalia tersebut, para pendeta Romawi berkumpul di sebuah gua suci yang diyakini menjadi tempat kelahiran pendiri Roma, Romulus dan Remus. Ada dua binatang yang dikorbankan dalam ritual tersebut, yaitu kambing dan anjing.

Kambing melambangkan kesuburan dan anjing melambangkan kemurnian. Kulit dari kedua binatang tersebut akan dicelupkan dalam darah dua binatang tersebut. Selanjutnya, para pendeta tersebut akan mengusapkan darah dua binatang tersebut dengan kulit anjing dan kambing yang telah dikuliti dari badannya.

Terkisah, para wanita Roma selalu menyambut gembira ritual Lupercalia tersebut, karena percaya hasil pertanian mereka akan lebih subur dengan menerima usapan kulit anjing dan kambing tersebut.

Sementara itu, bagi wanita yang masih muda akan menuliskan nama mereka dan memasukkan nama mereka ke dalam guci besar. Kemudian, para pria akan mengambil salah satu kertas berisi nama salah satu wanita dan menerimanya sebagai jodoh, lalu berakhir dengan pernikahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya