SOLOPOS.COM - Laura Basuki (kiri) dan Vino G Bastian (kanan) disela sela wawancara di studio radio Star Jogja FM, Sabtu (30/3). (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

SLEMAN—Indonesia belum menjadi tuan rumah untuk perfilman nasional. Dukungan yang masih minim dari pemerintah dan masih banyaknya film asing di bioskop menjadi penyebabnya.

Dari sisi jumlah, aktor muda Indonesia, Vino G. Sebastian menilai tiap tahun volume film baru terus merangkak. Diperkirakan pada 2013, jumlah film lokal akan melejit.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

“Tentu dengan banyak film Indonesia yang beredar, dunia perfilman kita akan semakin bagus. Tapi, sebenarnya film Indonesia masih belum menjadi tuan rumah sendiri,” jelasnya saat dijumpai dalam jumpa pers film Madre di Togamas Jogja, Sabtu (30/3).

Menurut dia, pemerintah baru memberikan perhatian ekstra saat film yang dihasilkan sineas nasional mendapat penghargaan internasional dan masuk box office.

Pemerintah baru memperlihatkan grege’ saat ada desakan dari pelaku seni Indonesia. Begitu tak ada lagi dorongan, terobosan-terobosan yang seharusnya dilakukan menjadi melempem

Pemeran film Madre, Laura Basuki (kiri) dan Vino G Bastian (kanan) seusai wawancara di studio  Star Jogja FM, Sabtu (30/3). (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Padahal bangsa ini memiliki sederet karya apik yang digarap independen. Lagi-lagi, ujar dia, pemerintah belum memberikan tanggapan. Alhasil, muncul berbagai festival film indie untuk menjawab kekecewaan.

“Ironisnya, justru film-film indie kita yang tak dikenal di negara sendiri, justru mendapat penghargaan dan perhatian dari pemerintah maupun masyarakat negara lain,” tandas dia.

Adanya Kemeterian Pariwisata dan Ekonomo Kreatif yang menaungi dunia perfilman nasional juga belum memperlihatkan gigi. Sehingga, seniman Indonesia belum merasakan dampak signifikan.

Sebagai bentuk dukungan terhadap film nasional, seharusnya pemerintah menyediakan ‘ruang’ baru untuk menonton. Vino sendiri memilih menyebut ‘ruang’ tersebut sebagai bioskop rakyat, wadah untuk memutarkan seluruh karya seni lokal.

Dari sisi pengusaha, dia berharap manajemen 21 lebih berpihak pada film Indonesia. Caranya dengan memberikan kesempatan lebih besar bagi karya nasional.

“Di China, film Hollywood yang ditayangkan di bioskop dibatasi. Hanya dua kali dalam setahun. Kita perlu seperti ini, agar perfilman kita semakin besar,” jelas suami dari Marsya Timoty ini.

Sementara, aktris cantik Laura Basuki menambahkan kurangnya penghargaan dari pemerintah tampak dari pembiayaan film. Produser masih berupaya mencukupi sendiri pembiayaan film.

Adapun dari sisi production house (PH), Indonesia memiliki jumlah berlimpah dan menghasilkan aneka genre film.

“Dibandingkan negara lain, jumlah bioskop kita paling sedikit. Kesempatan film Indonesia diputar di bioskop juga ikut kecil,” ungkapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya