Entertainment
Rabu, 20 Februari 2013 - 10:52 WIB

Wayang Kampung Sebelah Pertajam Isu Politik

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dalang Wayang Kampung Sebelah Ki Jlitheng Suparman memainkan lakon berjudul Agar Datang Hari Esok. Foto diambil November 2009. (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Dalang Wayang Kampung Sebelah, Ki Jlitheng Suparman saat memainkan lakon berjudul Agar Datang Hari Esok. Foto diambil November 2009. (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Sistem perpolitikan Indonesia yang kian carut marut membuat dalang nyentrik, Jlitheng Suparman tergelitik. Tak salah jika akhirnya mulai mempertajam dan mempertegas isu politik dalam pementasan Wayang Kampung Sebelah (WKS) yang biasa ia dalangi.

Advertisement

Ia ingin menggugah kesadaran berpolitik dan memberikan pandangan sikap kepada masyarakat Indonesia mendekati pemilihan umum (Pemilu) ke depan, baik pemilihan kepala daerah (Pilkada) maupun pemilihan presiden (Pilpres).

“Agar nantinya orang-orang enggak salah pilih,” ucapnya saat ditemui Solopos.com di kediamannya, daerah Siwal, Kecamatan Baki, Sukoharjo, Selasa (19/2/2013).

Jlitheng memaparkan materi politik yang paling ia soroti ialah tentang politik transaksi. Lewat pementasan WKS yang biasa dimainkan dengan humor dan bahasa yang komunikatif itu, Jlitheng, ingin menyampaikan pentingnya menghapus money politic untuk meminimalisir tingkat korupsi.

Advertisement

Pasalnya, selama ini menurut Jliteng, money politic yang juga ia sebut sebagai politik transaksional itu sering mencuat seiring dimulainya Pemilu. Sementara, rakyat kecil menjadi korban sekaligus pelaku dari transaksi tersebut.

Pematangan isu politik dalam penampilan WKS ini sudah ia rencanakan  dan sedikit ia jalankan sejak 2012. Namun di tahun 2013 ini isu tentang ketatanegaraan itu bakal lebih dipertajam lagi seiring kasus perpolitikan di Indonesia yang menurutnya kian tak sehat. Pasalnya edukasi politik lewat wayang dengan bahasa yang ringan dan banyolan-banyolan seperti pementasan WKS dinilainya bakal lebih mengena.

Pementasan WKS sebenarnya sudah dikenal sarat kritik sejak lama, namun biasanya mereka hanya mengangkat tentang kondisi sosial dan kemasyarakatan. Meski saat ini beralih ke isu politik, Jlitheng, mengaku bukan berarti ia meninggalkan kasus sosial dan kemasyarakatan.

Advertisement

Isu-isu politik itu akan ia angkat dalam sejumlah lakon yang  sudah sering ia pentaskan seperti Tragedi Jual Beli Mimpi, Yang Atas Yang Mengganas Yang Bawah Yang Beringas, Who Wants To Be Lurah dan Raja Linglung Masuk Kampung.

“Lakon-lakon ini yang kemungkinan bisa saya masuki dengan isu-isu politik nanti,” tukasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif