SOLOPOS.COM - Pengunjung mengamati karya seni berjudul Begawan Google karya nasirun (JIBI/Harian Jogja/dok)

Pengunjung mengamati karya seni berjudul Begawan Google karya nasirun (JIBI/Harian Jogja/dok)

Valentine Willie, kurator asal Malaysia mengumpulkan karya-karya seni dengan skala besar. Ia ingin menyajikan sebuah percakapan visual pada kondisi kontemporer Indonesia saat ini.

Promosi Moncernya Industri Gaming, Indonesia Juara Asia dan Libas Kejuaraan Dunia

Hasil pengumpulan Willie itu mewujud menjadi XXL: State of Indonesian Art, pameran 20 karya seni di Sangkring Art Space, Nitiprayan, Ngetiharjo, Kasihan, Bantul. 20 Karya seni itu berupa mural, lukisan, instalasi patung dan ruang.

“Pameran ini menjadi suatu pencerminan dari para seniman yang menyatakan kritik kuat mengenai sistem kontrol, dominasi, dan otoritas yang kerapkali menyangkut agama, pemerintah, dan spiritual seseorang,” ujarnya belum lama ini.

Karya para seniman ini berdasarkan pengalaman yang dialami oleh setiap umat manusia, baik dalam bentuk dua atau tiga dimensi, imbuh Willie.

“Awalnya 15 seniman yang mengikuti artist talk. Kemudian mereka saling berdialog antar satu dengan lainnya, hingga setiap seniman membuat satu karya yang sangat besar. Kembali pada tema yang menunjukkan XXL tadi,” paparnya.

Menurut Willie, selama ini jarang sekali digelar pameran yang memajang karya seni dalam bentuk yang sangat besar. Salah satu karya yang dipajang adalah milik Mella Jaarsma berupa instalasi ruang berjudul Animals Have No Religion.

Karya berbentuk jas dengan tangan berupa kaki sapi dan rusa ini dimaksudkan Mella untuk menggambarkan hubungan antara manusia dan binatang.

“Kadang manusia dengan melihat binatang itu memunculkan adanya bentuk respon. Seperti beberapa binatang juga ada yang disebut-sebut memiliki kesucian. Dengan kata lain binatang itu suci. Dan setiap manusia juga terkadang ingin merasa bahwa  dirinya adalah suci,” terang Mella.

Mella menyebut terinspirasi dari umat Hindu yang ada di India ketika ia berkunjung ke sana. “Juga dari beberapa buku [tentang India],” ujarnya. Mella menemukan sapi dianggap suci dan sangat akrab dengan manusia.

“Bayangkan saja dari bagian sapi itu sangat bermanfaat. Baik susu, daging, dan tenaganya untuk membajak sawah itulah yang membuatku cukup menarik,” ujarnya.

Tidak mudah untuk membuatnya, terang Mella, menjahit jas itu saja butuh waktu lama. Satu jas jangka waktunya satu bulan. Jaket kecil yang dibuatnya juga cukup lama ia konsep. Tangan yang berada di jaket kecilnya adalah kaki rusa. Ia dapatkan dari orang-orang yang suka mengawetkan binatang.

“Berhubung saya suka yang namanya fashion. Saya kaitkan keduanya. Setiap orang saja setiap hari juga mengenakan pakaian. Nah, saya dapatkan ide dari situ. Butuh waktu tiga bulan aku membuat karya ini,” jelasnya.

Karya lainnya milik Nasirun yang menampilkan lukisan di kanvas berukuran besar, 250×950 centimeter berjudul Begawan Google, Hutan Cahaya milik Tisna Sanjaya, Survival milik Putu Sutawijaya, dan Setan-Setan Itu milik Budi Kustarto yang dirancangnya selama empat tahun. Pameran ini XXL digelar hingga 12 September 2012.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya