SOLOPOS.COM - Makam Tembungboyo di Kelurahan/Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, yang menjadi lokasi pesugihan kandang bubrah. Foto diambil Selasa (1/11/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, SOLO — Sebuah film horor Indonesia ternyata mengangkat kisah pesugihan kandang bubrah di Wonogiri, Jawa Tengah.

Film berjudul Di Ambang Kematian ini diambil dari kisah nyata tentang sebuah keluarga yang melakukan pesugihan tersebut. Di Wonogiri, pesugihan ini sangat terkenal dan ditandai dengan sebuah makam bernama Tembungboyo yang berada di wilayah Purwantoro.

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Menurut cerita yang beredar, kandang bubrah salah satu bentuk kesugihan yang konon tidak memerlukan tumbal. Namun demikian, bukan berarti ritual pesugihan ini aman dan boleh dicoba karena segala sesuatu pasti mendatangkan risiko.

Dari informasi yang diperoleh Solopos.com, pesugihan kandang bubrah di Makam Tembungboyo, Kelurahan/ Kecamatan Purwantoro, sudah ada sejak lama. Namun sejak kapan atau bagaimana awal mulanya makam itu sampai menjadi lokasi pesugihan sampai saat ini masih misteri.

Pesugihan kandang bubrah yang diangkat di film Di Ambang Kematian ini mensyaratkan pelaku pesugihan harus terus merenovasi, membangun, atau menambah bagian rumah miliknya setiap waktu tertentu. Jika hal itu tidak dilalukan maka akan ada celaka yang menimpa pelaku atau keluarga pelaku.

di ambang kematian sinopsis film
Film Di Ambang Kematian. (Instagram/diambangkematianfilm)

Sementara itu, Di Ambang Kematian merupakan film horor garapan sutradara Azhar Kinoi Lubis. Film ini mengangkat kisah viral yang ditulis oleh pengguna akun X @Jeropoint dengan mengangkat kisah pesugihan kandang bubrah.

Berdasarkan jalan ceritanya, film Di Ambang Kematian mengisahkan tentang sebuah keluarga yang menjadi korban pesugihan kandang bubrah. Satu per satu anggota keluarga meninggal karena menjadi tumbal akibat perjanjian yang dilakukan Pak Suyatmo untuk melancarkan bisnisnya. Bahkan, istrinya sendiri menjadi korban pesugihan tersebut.

Sang anak, yakni Nadia dan kakaknya, Yogya memergoki Pak Suyatmo masuk ke dalam suatu ruangan dengan membawa karung yang ternyata isinya berupa kepala kambing. Setelah kejadian itu, ibu Nadia dan Yoga meninggal dunia dan 10 tahun kemudian setelah kejadian tersebut, Yoga menyadari jika sang ayah melakukan ritual pesugihan.

Tak ingin ada koran lagi akibat pesugihan tersebut, Pak Suyatmo ternyata melakukan ritual-ritual khusus lagi. Namun, iblis di balik pesugihan itu tetap terus mengintai yang membuat Nadia dan keluarganya hidup bagai di ambang kematian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya